Surat Kolose, Efesus, Filipi dan Filemon, dikenal
sebagai “surat penjara’ yang ditulis dari Roma kira-kira pada tahun 60, sewaktu
Paulus di dalam penjara (Kolose. 4:18). Tikhikus yang dipercaya oleh Paulus untuk
membawa suratnya ke Efesus (Efesus. 6:21), juga adalah orang yang membawa surat
Paulus ke Kolose. Tikhikus berjalan bersama dengan Onesimus. Ini menunjukkan
bahwa ternyata walaupun Paulus tidak mengunjungi Kolose, ia mempunyai
teman-teman dan anggota tim apostolik yang melayani di sana (Kolose. 4:7-18).
Kota Kolose terletak kira-kira 160 km dari kota
Efesus di daerah Asia. Yang disebut Asia dalam zaman Perjanjian Baru adalah
sebagian daerah Turki. Kolose, Hieropolis dan Laodikea merupakan tiga kota
tetangga yang dilayani oleh teman rasul Paulus dan menerima surat darinya.
Jemaat di Kolose tidak didirikan oleh Paulus,
melainkan mungkin oleh Epafras. Di Kolose Paulus berkata bahwa ia berjuang
untuk mereka yang belum mengenal dia pribadi (Kolose. 2:1), dan bahwa ia sudah
mendengar tentang keadaan jemaat itu dari Epafras (Kolose. 1:4, 7-9). Selama dua
tahun Paulus mengajar di Efesus, murid-muridnya sudah menginjili seluruh Asia
(Kisah Para Rasul. 19:10 & 26). Murid-murid Paulus itu rupanya termasuk Epaphras,
Filemon dan Arkhippus yang adalah anggota jemaat Kolose, Hierapolis dan
Laodikia (Kolose. 4:12-16, Filipi. 1-3).
Secara isi, surat Kolose mirip surat Efesus. Sama
seperti Efesus 1-3 menegaskan doktrin/pengajaran dan Efesus 4-6 menegaskan
aplikasi praktisnya dalam hidup sehari-hari dalam jemaat, dalam keluarga dan
dalam dunia, demikian juga surat Kolose. Kolose 1-2 berhubungan dengan
pengajaran tentang Kristus dan Kolose 3-4 berhubungan dengan bagaimana pengikut
Kristus perlu hidup.
Surat Kolose ditulis sebagai peringatan terhadap
pengaruh yang menyesatkan. Serigala yang ganas yang membawa doktrin yang
menyesatkan sudah masuk di tengah Jemaat (Kisah Para Rasul. 20:29), berupa legalisme dan gnostisisme.
Legalisme diajarkan oleh orang Yahudi yang ingin “meyahudikan” semua orang yang
percay,a sedangan gnostisisme adalah filsafat manusiawi.
Kata gnostisisme berasal kata bahasa Yunani
‘gnosis’, yang berarti “mengetahui.” Orang yang mengikut filsafat itu percaya
bahwa mereka memiliki ‘pengetahuan’ dan ‘hikmat’ lebih dalam dan lebih tinggi
tentang hal yang merupakan rahasia di alam mistis. Mereka anggap dirinya lebih
rohani, lebih berpengetahuan daripada orang lain. Dalam surat Kolose ini,
Paulus ingin supaya jemaat Kolose dipenuhi dengan ‘pengetahuan’ dan ‘hikmat’
yang benar, bukan yang salah! Ia berdoa supaya mereka mengerti ‘rahasia’ yang
sebenarnya, supaya hidup layak dan berkenan dalam segala hal (Kolose. 1:9-10).
Jemaat Kolose sudah menerima Kristus dan hidup
tertib dengan iman teguh pada Kristus (Kolose. 2:6). Walaupun Paulus tidak berada
di antara mereka, namun ia tetap memanggil mereka untuk hidup tetap dalam
Kristus, berakar di dalam Dia dan bertambah teguh dalam iman, karena di dalam
Dia “tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.” Paulus mengungkapkan
bahwa yang paling utama, yang paling penting adalah mengenal Kristus. Dalam
surat Kolose, Kristus yang luar biasa itu dinyatakan dengan jelas.
Mari kita lihat. Seperti apakah Surat Kolose menyatakan
keluarbiasaan Kristus?
Dalam Kolose kita melihat bahwa Kristus, gambar
Allah yang berwujud adalah yang terutama dari segala yang diciptakan. Dari Dia,
oleh Dia dan melalui Dia ada segala sesuatu. Dan bukan itu saja, Kristus juga
adalah Pencipta segala sesuatu! Di dalam diriNyalah terwujud dan berdiam secara
jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan. Di dunia ini, di sorga dan di bumi
tidak ada yang lebih utama daripada Kristus (Kol 1:15-17).
Selain yang terutama di dalam dunia, Ia juga adalah
terutama di dalam jemaat. Ia adalah kepala Tubuh! Bukan Paus atau Uskup atau
Rasul yang adalah kepala jemaat! Hanya Yesuslah adalah kepala! Sebagai kepala,
Ia bangkit pertama kali dari antara orang mati. Ia anak sulung, dan kita adalah
anak-anak Allah yang menyusul dan akan dibangkitkan pada akhir zaman (Kol.
1:18-19).
Ia memperdamaikan segala sesuatu yang di bumi dan di
sorga. Darah Yesus membawa perdamaian. Ialah Penebus kita, yang menjadikan kita
diperdamaikan dengan Allah, dijadikan kudus dan tak bercela dan tak bercacat di
hadapanNya. Penebusan ini bukan sekadar keluputan dari neraka. Penebusan
menjadikan kita seperti Kristus. Harapan itu mendorong kita supaya bertekun
dalam iman, tetap teguh, tidak bergoncang, dan tidak tergoyahkan (Kolose.1:20-22).
Inilah motivasi Paulus yang menjadikan ia rela
memakai segala tenaganya dalam menanggung penderitaan, dalam memberitakan dan
mengajar Firman, dalam mempergumulkan dalam perjuangan berat yang luar biasa.
Ia ditugaskan membawa firman rahasia Allah yang kekal kepada jemaat. Rahasia
itu apa? “Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan
akan kemuliaan!” Suatu rahasia yang memimpin tiap-tiap orang kepada
kesempurnaan dalam Kristus (Kolose. 1:23-29).
Sesudah segala penjelasan itu, Paulus memberi
peringatan. Jangan diperdayakan oleh kata-kata yang indah! Jangan ditawan
dengan filsafatnya yang kosong dan palsu! Jangan menurut ajaran turun-temurun
dan roh-roh dunia! Jangan imanmu digagalkan! (Kol 2:1-8). Jangan ditipu oleh
orang yang mau meyahudikan kita! Di dalam Kristus kita disunat dengan sunat
Kristus, dikuburkan dengan Dia dalam baptisan, dibangkitkan untuk mengalami
hidup baru dan segala pelanggaran hukum taurat sudah diampuni. Segala hukum
yang mendakwa dan mengancam kita … telah dipakukan di salib!
Segala kuasa kegelapan yang menuduh kita … telah dilucuti di salib! Karena itu, kita bebas
dari hukum Taurat dan rupa-rupa peraturan seperti “jangan jamah ini, jangan
kecap itu, jangan sentuh ini!” Semua peraturan makan-minum, sabat, hari raya,
bulan baru, semuanya hanya merupakan bayangan saja. Wujud aslinya adalah
Kristus, yang sudah menjadi Kepala atas kita, anggota-anggota TubuhNya! (Kolose 2:9-17). Selain itu, Paulus juga memperingatkan agar kita jangan ditipu oleh
orang Gnostik! Merekalah orang yang pura-pura merendahkan diri, beribadah
kepada malaikat, ikut penglihatan-penglihatan dan membesarkan diri. Mereka
hanya ikut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia. Mereka membuat ibadah
buatan sendiri, merendahkan diri, menyiksa diri. Semuanya kedengaran rohani
padahal sia-sia dan hanya memuaskan hawa nafsu (Kolose. 2:18-23).
Rahasia kemenangan atas ajaran palsu adalah
berpegang teguh kepada Kristus. Kita perlu diikat dan bertumbuh dalam TubuhNya.
Karena semuanya itu, ada dampak praktek dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
kehidupan pribadi, kita mati kepada manusia duniawi kita yang lama dengan
segala dosanya: percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan,
marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor. Kita mengenakan manusia
yang baru, yaitu Kristus, yang adalah wujud dan gambar Allah. Kita seharusnya
penuh dengan belas kasihan, kerendahan hati, kelemah-lembutan. Inilah buah Roh
dan tanda orang lahir baru, yaitu kepenuhan damai dan kasih (Kolose. 3:1-10).
Dalam jemaat Kristus, kita hidup sebagai anggota
dari satu Tubuh yang sama, tanpa membedakan satu dengan yang lain. Kita hidup
penuh kasih satu kepada yang lain. Kita hidup penuh Firman dan penuh pujian
penyembahan supaya sanggup saling melayani satu kepada yang lain (Kolose 3:11-16).
Sedangkan di dalam rumah tangga, kita hidup menurut peraturan Allah. Seperti
dalam surat Efesus, diterangkan bagaimana kita perlu hidup sebagai isteri,
suami, ayah dan ibu, anak-anak dan hamba dan tuan (Kolose. 3:18-4:1). Inilah cara
hidup kita sebagai anggota Tubuh Kristus, yang dijelaskan dengan praktis dalam
surat Kolose.
Akhirnya, kita perlu berdoa dan berjaga-jaga. Kepada
orang luar kita perlu hidup dengan berhikmat dan dengan kata-kata penuh kasih,
dengan mengetahui bagaimana memberi jawab kepada setiap orang, dengan
mengunakan waktu yang ada (Kolose. 4: 2-6).
Demikianlah Surat Kolose memberi dorongan kepada
kita masing-masing untuk percaya Firman, hidup di dalam Kristus dan tidak
ditipu atau diperdayakan oleh usaha kegelapan yang mau menyesatkan. Dalam surat
Kolose, kita diajar dan dilatih untuk hidup sebagai anggota Tubuh Kristus,
dengan Dia sendiri sebagai Kepalanya.
No comments:
Post a Comment