Tuesday, October 7, 2014

Kristen yang tidak berbuah

Alkitab menyatakan bahwa iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma. 10:17). Jika benih Firman yang didengar jatuh ke tanah yang subur maka ia akan berakar, bertumbuh, dan berbuah. Namun demikian banyak orang Kristen yang mendengarkan firman Tuhan, hidupnya tidak berbuah. Tidak sedikit orang Kristen yang mengaku dipenuhi Roh Kudus namun hidupnya menunjukkan buah yang sama sekali tidak sesuai dengan prinsip firman Tuhan. Tuhan Yesus berkata, “Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?” Buah yang dihasilkan merupakan tanda dari pohonnya, demikian juga orang Kristen tercermin dari buahnya.
Lalu, mengapa ada orang Kristen yang tidak berbuah? Bagaimanakah agar kita dapat berbuah? Seperti apakah buah yang dihasilkan dalam diri orang Kristen? Bagaimanakah peranan Roh Kudus di dalamnya? Apa dan bagaimanakah yang dimaksud dengan buah Roh? Kemudian, apakah itu buah Injil? Semua pertanyaan penting ini dipaparkan dengan jelas dalam buku ini. 
Menghasilkan buah merupakan tanda bahwa suatu pohon itu hidup, bertumbuh, dan sudah matang. Selain itu, buah juga menyatakan jenis dari pohon tersebut. Buah yang kita hasilkan merupakan tanda kehidupan, pertumbuhan,kematangan, dan jenis. Ditambah lagi, buah seorang Kristen menunjukkan sampai di mana derajat hidup orang tersebut. Dalam buku ini, Pdt. Dr. Stephen Tong membagikan pengamatannya bahwa ternyata banyak orang Kristen hanya meniru orang Kristen lainnya yang lebih dewasa. Yang dilakukan oleh orang Kristen yang dewasa adalah sesuatu yang timbul secara alami, seperti air yang tumpah dari gelas yang diisi penuh. Sedangkan orang yang meniru adalah seperti gelas yang belum penuh tetapi bocor, akhirnya semua yang dilakukannya tidaklah dilakukan dengan sungguh hati namun karena paksaan (hal. 17).
Lalu, bagaimana agar kita bisa menghasilkan buah yang sejati, yang sesuai dengan firman Tuhan? Menarik sekali, salah satu prinsip yang diberikan oleh Penulis dalam buku ini adalah bahwa Tuhan membersihkan ranting-ranting yang berbuah supaya berbuah lebih banyak. Kadang Tuhan merusak gambaran yang kita idamkan, mengambil orang yang paling kita cintai, dan memberikan hal-hal yang paling sulit dalam hidup kita. Cara Tuhan sering kali berlawanan dengan logika dan pikiran manusia, tetapi justru cara Tuhan adalah cara yang terbaik (hal. 26). 
Di bagian lain dalam buku ini juga diberikan perbandingan yang sangat menarik antara buah kedagingan dan buah Roh (Galatia. 5:19-22). Tentang kemarahan, Pdt. Dr. Stephen Tong menunjukkan bahwa tidak semua kemarahan itu buruk. Kemarahan menjadi suatu hal yang buruk kalau ia menguasai pikiran dan kebenaran, tetapi kemarahan yang mempunyai dasar kebenaran adalah kemarahan yang suci dan betul-betul dipakai oleh Tuhan (hal. 58).
 Penulis menyimpulkan hal ini dengan sangat jelas, Kemarahan yang berlebihan merusak kemuliaan Tuhan. Kemarahan manusia bisa memuliakan Tuhan jika marah itu sesuai dengan kemarahan Allah.” (hal. 59)
Sering kali, orang yang bukan Kristen justru menunjukkan kebaikan yang lebih dibandingkan orang Kristen. Perasaan seperti itu timbul karena standar kebaikan orang secara mayoritas didasarkan kepada ‘apakah dia baik kepada saya atau tidak’ sehingga kita tidak dapat menilai kebaikan itu dengan baik. 
Penulis menyatakan, “Yang baik kepada kita, belum tentu orang baik; yang kurang baik kepada kita, belum tentu orang jahat.” (hal. 74) Pepatah Perancis mengatakan bahwa orang baik adalah orang egois yang mempunyai pikiran panjang.

Berbeda dengan kebaikan semua, kebaikan sejati adalah buah Roh Kudus: kebaikan yang tidak menghiraukan pamrih ataupun balasan, tetapi mengalir dari motivasi yang suci, yang rela mengorbankan diri sendiri untuk membangun orang lain. 

No comments:

Post a Comment